Contoh Sampah Perusahaan
Pengertian Sampah Organik dan Anorganik
Dikutip dari situs Dinas Lingkungan Hidup Kulon Progo, berikut ini pengertian sampah organik dan sampah anorganik:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampah organik adalah sampah yang berasal dari bahan-bahan hayati. Sampah ini dapat didegradasi oleh mikroba atau memiliki sifat biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat terurai melalui proses alami. Kebanyakan sampah organik berasal dari sampah rumah tangga.
Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari bahan-bahan nonhayati, baik itu produk sintetis, maupun hasil dari proses teknologi pengolahan bahan tambang. Bentuk sampah ini bisa berupa logam, plastik, kertas, kaca, keramik, dan detergen.
Kebanyakan sampah anorganik tidak dapat terurai oleh mikroorganisme secara keseluruhan. Sebagian sampah anorganik dapat terurai, namun dalam waktu yang sangat lama.
Contoh Sampah Organik dan Anorganik
Ada beberapa contoh sampah organik dan anorganik. Berikut beberapa di antaranya:
Mendaur ulang sampah pakaian
Sampah pakaian adalah salah satu sampah yang banyak menumpuk. Hal ini dikarena banyak orang bersikap konsumtif dalam membeli pakaian, sehingga banyak pakaian yang terbuang.
Berikut adalah contoh kegiatan mendaur ulang baju:
Apa itu Limbah Keras Organik?
Limbah organik dibedakan menjadi dua jenis, yaitu limbah basah atau lunak dan juga limbah kering atau keras.
Nah, limbah keras ini adalah limbah yang sangat sulit untuk diurai oleh mikroorganisme, karena bahannya yang sangat keras.
Mendaur ulang plastik
Mendaur ulang sampah plastik menjadi barang baru yang lebih berguna merupakan contoh kegiatan pemanfaatan sampah.
Dilansir dari National Geographic, dalam enam dekade manusia menghasilkan 8,3 miliar metrik ton sampah plastik dan 91 persennya tidak didaur ulang.
Sehingga plastik menjadi bahan yang sangat berlipah untuk didaur ulang. Contoh pemanfaatan sampah plastik adalah:
Baca juga: Sikap Positif dalam Membuang Sampah
Perbedaan Sampah Organik dan Anorganik
Mengetahui perbedaan sampah organik dan anorganik perlu dilakukan, karena berpengaruh dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan hidup. Berikut beberapa perbedaan sampah organik dan anorganik yang penting untuk diketahui:
Sampah organik dihasilkan oleh organisme hidup, sedangkan sampah anorganik merupakan produk dari organisme tidak hidup dan hasil dari campur tangan manusia.
Sampah organik mengandung karbon dan ikatan hidrogen. Sampah organik juga terdiri dari organisme hidup atau pernah hidup dan memiliki komposisi yang lebih kompleks dari sampah anorganik. Sedangkan, sampah anorganik tidak mengandung karbon sama sekali dan terdiri dari materi yang tidak hidup, serta memiliki karakteristik seperti bahan mineral.
Sampah organik bisa terdampak dan terbakar secara alami saat terkena panas. Sedangkan, sampah anorganik tidak bisa terbakar secara alami.
Penelitian menemukan bahwa sampah atau limbah organik memiliki laju reaksi yang lebih lambat dan tidak bisa membentuk garam. Sebaliknya, sampah anorganik memiliki laju reaksi lebih cepat dan mudah membentuk garam.
Terdapat Bakteri dan Jamur
Limbah keras organik memiliki bakteri dan jamur yang berperan membantu proses penguraian.
Pemanfaatan Sampah Organik
Sejumlah sampah organik dapat dimanfaatkan untuk hal lain. Ini perlu dilakukan untuk mengurangi sampah di tempat pembuangan akhir. Bahkan daur ulang sampah organik bisa menjadi sumber pemasukan.
Sampah organik dari buah-buah dan sayuran busuk dapat dibuat menjadi pupuk, misalnya pupuk kompos dan pupuk organik lainnya.
Sampah organik biasanya dibuat untuk tambahan pakan kambing, sapi, dan kerbau. Tak hanya itu, sampah organik juga bisa diolah menjadi pelet untuk makanan ayam dan ikan.
Sampah organik juga dapat diubah menjadi biogas yang kemudian dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik. Yang sering digunakan adalah kotoran hewan dan manusia, limbah tempe dan tahu.
Metode Pengolahan Limbah Anorganik
Pengelolaan limbah anorganik menjadi tantangan besar dalam upaya menjaga keberlanjutan lingkungan. Limbah jenis ini tidak dapat terurai secara alami dalam waktu yang singkat, sehingga memerlukan metode pengolahan khusus untuk mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Berikut adalah beberapa alternatif metode pengolahan limbah anorganik yang dapat diterapkan:
Sanitary landfill adalah metode pengelolaan limbah anorganik yang paling umum digunakan, terutama untuk limbah yang sudah tidak bisa didaur ulang atau diolah menjadi energi. Dalam metode ini, sampah dikubur di dalam tanah dengan cara yang terkontrol, dilapisi dengan lapisan pelindung untuk mencegah pencemaran tanah dan air. Lapisan ini biasanya terdiri dari tanah liat atau plastik khusus yang kedap air, sehingga cairan beracun dari sampah tidak meresap ke dalam tanah.
Meskipun sanitary landfill adalah metode yang relatif sederhana dan ekonomis, penggunaannya masih menimbulkan sejumlah tantangan. Salah satu masalah utama adalah terbatasnya lahan yang tersedia untuk TPA (Tempat Pembuangan Akhir), terutama di daerah perkotaan yang padat penduduk. Selain itu, meskipun lapisan pelindung dapat mengurangi risiko pencemaran, limbah yang terkubur tetap dapat menghasilkan gas metana, yang merupakan gas rumah kaca yang sangat kuat dan berkontribusi pada perubahan iklim.
Untuk mengurangi dampak negatif sanitary landfill, beberapa inovasi telah dikembangkan, seperti landfill mining, di mana bahan-bahan berharga diekstraksi dari TPA lama untuk didaur ulang. Selain itu, teknologi terbaru memungkinkan pengumpulan dan pemanfaatan gas metana yang dihasilkan dari TPA untuk digunakan sebagai sumber energi, mengurangi emisi gas rumah kaca.
Insinerasi adalah metode pengolahan limbah anorganik yang melibatkan pembakaran sampah pada suhu tinggi di dalam insinerator. Proses ini mengurangi volume sampah secara signifikan dan menghasilkan abu, gas, dan panas. Panas yang dihasilkan dari insinerasi dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi, seperti untuk pembangkit listrik atau pemanas distrik.
Insinerasi sangat efektif untuk mengurangi volume sampah yang harus dikelola, namun metode ini juga memiliki kelemahan. Salah satu tantangan terbesar adalah pengelolaan gas buang yang dihasilkan dari proses pembakaran. Gas buang ini dapat mengandung polutan berbahaya seperti dioksin, furan, dan partikel halus yang dapat mencemari udara dan menimbulkan risiko kesehatan bagi manusia.
Untuk mengatasi masalah ini, insinerator modern dilengkapi dengan teknologi canggih untuk mengontrol emisi, seperti filter udara, scrubber, dan sistem pemurnian gas. Teknologi ini dapat menangkap dan menghilangkan polutan sebelum gas buang dilepaskan ke atmosfer, sehingga mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan.
Di beberapa negara maju, insinerasi telah menjadi bagian penting dari strategi pengelolaan limbah yang terpadu, di mana sampah yang tidak dapat didaur ulang atau digunakan kembali diolah melalui insinerasi untuk menghasilkan energi. Namun, penting untuk memastikan bahwa fasilitas insinerasi dikelola dengan standar lingkungan yang ketat untuk meminimalkan dampak negatifnya.
Daur ulang adalah salah satu metode pengelolaan limbah anorganik yang paling ramah lingkungan, karena memungkinkan bahan-bahan yang sulit terurai untuk digunakan kembali. Proses daur ulang melibatkan pengumpulan, pemisahan, dan pengolahan limbah menjadi bahan baku baru yang dapat digunakan dalam produksi produk lain. Misalnya, plastik bekas dapat dilelehkan dan dibentuk kembali menjadi produk plastik baru, sedangkan logam dapat dilebur dan digunakan kembali dalam industri manufaktur.
Daur ulang tidak hanya membantu mengurangi jumlah limbah yang harus dikelola, tetapi juga mengurangi kebutuhan akan sumber daya alam baru. Misalnya, daur ulang aluminium menghemat hingga 95% energi yang diperlukan untuk memproduksi aluminium dari bijih baru. Selain itu, daur ulang juga mengurangi emisi gas rumah kaca dan polusi air serta udara yang terkait dengan proses produksi bahan baru.
Namun, daur ulang juga menghadapi tantangan, terutama dalam hal kualitas dan kontaminasi bahan daur ulang. Misalnya, plastik yang terkontaminasi dengan bahan lain, seperti makanan atau bahan kimia, dapat mengurangi kualitas produk daur ulang dan meningkatkan biaya pengolahan. Oleh karena itu, pemisahan yang efektif dan pendidikan masyarakat tentang pentingnya mendaur ulang dengan benar adalah kunci keberhasilan program daur ulang.
Metode pengolahan fisik dan kimia adalah teknik yang digunakan untuk mengubah sifat limbah anorganik sehingga menjadi lebih aman atau lebih mudah diolah. Pengolahan fisik melibatkan proses seperti pemadatan, penghancuran, dan penyaringan, yang bertujuan untuk mengurangi volume limbah dan memisahkan komponen berharga. Pengolahan kimia, di sisi lain, melibatkan penggunaan bahan kimia untuk menetralkan atau mengubah zat berbahaya dalam limbah.
Contoh pengolahan kimia termasuk netralisasi asam-basa, di mana limbah yang bersifat asam atau basa dinetralkan dengan menambahkan bahan kimia yang berlawanan sifatnya. Selain itu, pengolahan kimia juga dapat digunakan untuk menghilangkan logam berat dari limbah industri melalui proses pengendapan, di mana logam diubah menjadi bentuk yang tidak larut dan dapat dipisahkan dari air.
Metode pengolahan fisik dan kimia sangat penting dalam menangani limbah anorganik yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3). Meskipun metode ini memerlukan teknologi yang canggih dan biaya yang tinggi, pengolahan fisik dan kimia dapat secara signifikan mengurangi risiko pencemaran lingkungan dan bahaya kesehatan yang terkait dengan limbah anorganik.
Bioremediasi adalah teknik pengolahan limbah yang melibatkan penggunaan mikroorganisme, seperti bakteri dan fungi, untuk menguraikan atau menetralkan zat berbahaya dalam limbah. Meskipun bioremediasi lebih sering digunakan untuk mengolah limbah organik, teknologi ini juga dapat diterapkan untuk mengurangi toksisitas limbah anorganik tertentu, seperti logam berat dan senyawa kimia berbahaya.
Dalam bioremediasi, mikroorganisme dipilih dan dikembangkan secara khusus untuk menguraikan atau memetabolisme zat berbahaya menjadi bentuk yang lebih aman. Misalnya, beberapa jenis bakteri dapat mengubah logam berat menjadi bentuk yang tidak berbahaya atau menguraikan senyawa organik yang mengandung klorin menjadi senyawa yang lebih sederhana dan tidak beracun.
Bioremediasi memiliki keunggulan sebagai metode yang ramah lingkungan dan berbiaya rendah, karena memanfaatkan proses alami untuk mengolah limbah. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme, seperti suhu, pH, dan ketersediaan nutrisi.
Upcycling adalah proses kreatif yang mengubah limbah anorganik menjadi produk baru dengan nilai yang lebih tinggi atau fungsi yang berbeda dari produk aslinya. Berbeda dengan daur ulang, yang mengubah limbah menjadi bahan baku baru, upcycling mempertahankan atau meningkatkan nilai dari limbah tanpa mengurangi kualitas material.
Contoh upcycling termasuk mengubah botol plastik bekas menjadi pot tanaman, mengubah pakaian bekas menjadi aksesori mode, atau mengubah palet kayu bekas menjadi furnitur. Upcycling tidak hanya mengurangi jumlah limbah yang dibuang, tetapi juga mempromosikan kreativitas dan inovasi dalam pengelolaan limbah.
Upcycling memiliki potensi besar untuk mengurangi dampak lingkungan dari limbah anorganik, terutama dengan meningkatnya kesadaran dan minat konsumen terhadap produk-produk yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Selain itu, upcycling juga dapat memberikan manfaat ekonomi, seperti menciptakan peluang usaha baru dan mengurangi biaya bahan baku.
Pengolahan limbah anorganik membutuhkan pendekatan yang terintegrasi dan inovatif untuk mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Setiap metode pengolahan memiliki kelebihan dan tantangannya sendiri, sehingga penting untuk memilih metode yang paling sesuai dengan jenis limbah dan kondisi lokal. Dengan penerapan yang tepat, pengelolaan limbah anorganik dapat berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Memiliki Kandungan Air
Limbah organik memiliki sejumlah kandungan air yang terbilang cukup tinggi dan juga banyak.
Saat mengalami pembusukan, kandungan air tersebut akan keluar dan menguap sampai mengering.